Idul Fitri
  • 29 Apr 2025

Yuk Siapin Diri Jelang Ramadan Tahun Ini

Persiapan menjelang Ramadan sering kali dianggap hanya soal menyiapkan fisik untuk menahan lapar dan dahaga, padahal sebenarnya membutuhkan kesiapan mental dan spiritual yang tidak kalah penting.

Bagi banyak orang, Ramadan merupakan momen istimewa yang tidak hanya mengubah pola makan dan kebiasaan sehari-hari, tetapi juga memberikan kesempatan untuk mendekatkan diri pada Tuhan, meningkatkan kepedulian sosial, serta memperbaiki karakter. Ustadz Ahmad salah seorang yang kerap mendampingi berbagai kegiatan kajian pra-Ramadan menuturkan bahwa “persiapan terbaik adalah memulai dari niat yang kuat dan pemahaman mendalam akan makna ibadah puasa,” sebab jika niat hanya sekadar menahan lapar dan haus, esensi ibadah akan terasa kurang.

Persiapan mental menjadi fondasi awal yang kerap diabaikan. Banyak orang terfokus pada bagaimana menahan lapar di siang hari atau menyiapkan menu sahur dan berbuka, namun lupa mempersiapkan pikiran agar tetap tenang dan fokus sepanjang bulan suci. Dalam sebuah kajian psikologis tentang Ramadan yang dipublikasikan di sebuah jurnal internasional, dijelaskan bahwa mereka yang secara mental menata diri sebelum memasuki bulan puasa cenderung lebih stabil emosinya, tidak mudah tersulut amarah, dan dapat memaksimalkan pahala ibadah. Hal ini didukung oleh penjelasan dari seorang psikolog bernama dr. Ratna yang menyebut bahwa “Ramadan adalah waktu yang ideal untuk berlatih kesabaran dan mengelola stres. Ketika kita memiliki target spiritual dan memahami betul apa yang ingin dicapai dari puasa, segala ujian lapar, haus, hingga perubahan jadwal tidur akan lebih mudah dilalui.”

Persiapan fisik juga tidak bisa diabaikan, banyak orang mengalami syok pada hari-hari pertama Ramadan karena pola makan dan jam tidur yang berubah drastis. Hal ini terjadi karena tubuh membutuhkan waktu adaptasi, sehingga menjelang Ramadan sebaiknya mulai melatih diri dengan berpuasa sunnah beberapa kali. Ini akan membantu tubuh menyesuaikan diri dengan kondisi berpuasa. Dengan puasa sunnah, tubuh mulai terbiasa menahan lapar dan dahaga, metabolisme perlahan menyesuaikan, dan kita juga bisa mengamati reaksi tubuh. Jika ada keluhan seperti pusing atau lemas berlebihan, kita bisa mempersiapkan strategi nutrisi yang tepat sebelum benar-benar memasuki Ramadan. Beberapa orang juga melakukan diet bertahap, misalnya mengurangi porsi makan siang atau mengatur jadwal tidur agar mendekati pola Ramadan, yakni bangun dini hari untuk sahur dan tidur lebih awal.

Berbicara soal nutrisi, ketika berpuasa direkomendasikan jenis makanan yang kaya serat dan protein untuk sahur, sebab kedua komponen ini membantu memberikan rasa kenyang lebih lama dan mempertahankan energi. Contohnya menu sahur berupa nasi merah, sayuran hijau, telur atau daging tanpa lemak, dan buah-buahan. Sementara untuk minuman, penting untuk menghindari kafein berlebih karena kafein bersifat diuretik yang memicu tubuh lebih cepat kehilangan cairan. Teh hijau atau air putih dalam jumlah cukup lebih dianjurkan. Laila seorang ibu rumah tangga mengisahkan bahwa saat sahur, ia sering menambahkan kurma sebagai sumber gula alami yang memberi energi instan tanpa membuat insulin melonjak terlalu tinggi. Dalam tradisi Islam, kurma memang kerap disarankan untuk sahur dan berbuka karena kandungan serat dan gula alaminya membantu menjaga kestabilan gula darah. Selain itu, Laila menambahkan bahwa ia selalu mengingatkan anak-anaknya untuk minum air putih cukup, setidaknya dua atau tiga gelas sebelum imsak, agar tidak mudah dehidrasi di siang hari.

Saat berbuka, banyak orang tergoda untuk menyantap makanan berat dan manis secara berlebihan, padahal hal ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan atau rasa begah. Dita menganjurkan agar berbuka diawali dengan minuman hangat atau air putih, diikuti buah-buahan segar atau kurma untuk memulihkan kadar gula darah secara perlahan. Setelah salat Magrib, barulah menyantap hidangan utama yang seimbang antara karbohidrat kompleks, protein, dan lemak sehat. Seseorang bernama Fajar yang telah mengamati pola makan saat Ramadan mengatakan bahwa “dengan berbuka yang bertahap, tubuh terasa lebih nyaman dan kita juga lebih semangat untuk melaksanakan salat Tarawih. Kalau langsung makan banyak, seringnya malah lemas atau mengantuk.” Pendekatan bertahap ini didukung oleh studi yang menyebutkan bahwa sistem pencernaan bekerja lebih optimal jika tidak langsung dibebani makanan berat setelah berjam-jam berpuasa.

Dari sisi mental dan spiritual, persiapan dapat mencakup peningkatan intensitas ibadah sunnah sebelum Ramadan tiba. Menurut Ustaz Ahmad, hal ini bisa berupa salat malam, membaca Al-Qur’an, atau menghadiri kajian keislaman yang khusus membahas topik Ramadan. Ia menegaskan bahwa dengan memulai kebiasaan baik sebelum Ramadan, ketika bulan suci tiba, kita sudah terbiasa dan tidak kaget dengan peningkatan frekuensi ibadah. Di samping itu, membersihkan hati dari dendam atau rasa iri juga menjadi poin penting, karena tujuan utama Ramadan adalah mencapai ketakwaan, yang sulit dicapai jika hati masih diliputi emosi negatif. Dalam ceramah yang pernah ia sampaikan, Ustaz Ahmad menyebutkan bahwa “puasa itu bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu dalam segala bentuk. Dengan menyadari hal ini, kita akan berusaha menghindari pertengkaran, gosip, dan perbuatan yang mengurangi pahala puasa.”

Menjelang Ramadan, banyak keluarga yang juga menyiapkan diri dengan merapikan rumah, menyiapkan perlengkapan ibadah seperti mukena, sarung, dan Al-Qur’an, serta membuat jadwal khusus untuk kegiatan spiritual keluarga. Seorang ibu bernama Maya berbagi cerita bahwa ia selalu mengadakan pertemuan keluarga sebelum Ramadan, di mana setiap anggota rumah tangga berdiskusi tentang target ibadah masing-masing, seperti berapa kali khatam Al-Qur’an atau seberapa sering ingin melakukan sedekah. Menurutnya, kegiatan ini memupuk kebersamaan dan rasa tanggung jawab kolektif untuk menjalani Ramadan lebih khusyuk. Maya pun menyiapkan toples kurma, jadwal memasak sahur dan berbuka, serta buku catatan kecil untuk mencatat amalan harian. Meski terkesan sederhana, rutinitas seperti ini membantunya dan keluarganya memasuki Ramadan dengan hati dan rencana yang matang.

Dari segi aktivitas sosial, banyak orang mulai menyiapkan dana untuk sedekah dan zakat, atau merencanakan kegiatan bakti sosial di bulan Ramadan. Seorang relawan bernama Dimas mengungkapkan bahwa menjelang Ramadan, organisasinya sering mengadakan penggalangan dana untuk membagikan paket sembako ke kaum dhuafa. Ia menilai Ramadan sebagai momen tepat untuk meningkatkan empati dan kepedulian sosial, sejalan dengan semangat Islam yang mendorong umatnya berbagi dengan sesama. Ia pun menekankan bahwa persiapan ini tidak hanya soal mengumpulkan dana, tetapi juga menata niat agar sedekah yang diberikan benar-benar tulus. Dimas menceritakan bahwa pernah ada seorang donatur yang menyumbang dalam jumlah besar, namun tanpa merasakan manfaat spiritualnya karena masih terjebak keinginan pamer. Hal ini mengingatkan bahwa persiapan mental dan spiritual seharusnya selaras dengan perbuatan nyata di bulan suci.

Beberapa orang juga memperhatikan pola tidur jelang Ramadan. Karena sahur dimulai di dini hari, banyak yang mencoba tidur lebih awal atau melakukan power nap di siang hari agar tidak terlalu lelah. Menurut dr. Andi, seorang dokter umum, pola tidur yang berantakan dapat berdampak pada tingkat energi dan mood sepanjang hari. Ia menyarankan untuk mulai bergeser secara bertahap, mungkin dengan tidur setengah jam lebih awal setiap beberapa malam, hingga akhirnya terbiasa bangun sebelum Subuh tanpa merasa terlalu lemas. Dalam penelitian kecil yang dilakukannya, orang-orang yang mempersiapkan jadwal tidur sebelum Ramadan cenderung lebih mudah beradaptasi, sehingga tidak mengalami “jetlag” di minggu pertama puasa.

Menjelang Ramadan, beberapa orang juga memilih membersihkan diri dari kebiasaan kurang sehat seperti merokok atau mengonsumsi kafein berlebihan. Seorang perokok berat bernama Ilham mengaku berusaha mengurangi jumlah rokok per hari beberapa minggu sebelum puasa agar tidak kaget ketika harus menahan diri di siang hari. Ia mengatakan bahwa beralih ke teh herbal atau jus buah sebagai pengganti kebiasaan merokok sedikit membantu menekan dorongan untuk merokok. Dalam pandangan seorang konselor kesehatan bernama dr. Rahma, inisiatif ini merupakan langkah cerdas karena membantu mencegah efek putus nikotin yang bisa memicu stres berlebihan saat berpuasa. Ia menyarankan agar orang yang berniat berhenti merokok menggunakan Ramadan sebagai momentum, karena adanya dukungan spiritual dan lingkungan yang juga menahan diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa.

Bicara soal minuman, sebagian orang terbiasa mengonsumsi kopi beberapa kali sehari. Memang tidak ada larangan keras, tetapi mengurangi porsi kafein sebelum Ramadan dapat membantu tubuh menyesuaikan diri. Dita, ahli gizi, menuturkan bahwa kafein memicu diuresis, sehingga tubuh cepat kehilangan cairan. Di bulan Ramadan, dehidrasi menjadi ancaman jika asupan air tidak diperhatikan. Ia menyarankan agar mereka yang biasa minum dua hingga tiga cangkir kopi per hari mulai memangkasnya menjadi satu cangkir saja, atau mengganti sebagian dengan teh hijau yang berkafein lebih rendah. Dalam sebuah riset kecil, tercatat bahwa orang yang tiba-tiba menghentikan kafein di hari pertama puasa cenderung mengalami sakit kepala atau lemas berlebih, sehingga adaptasi bertahap sangat dianjurkan.

Beberapa orang juga melakukan persiapan logistik dengan membeli bahan makanan yang lebih tahan lama, seperti kurma, kacang-kacangan, dan makanan beku untuk sahur. Seorang ibu rumah tangga bernama Nurul menyebutkan bahwa stok kurma menjadi prioritasnya karena ia sering menghidangkannya di meja makan sepanjang Ramadan. Selain itu, ia menyiapkan madu, susu, dan buah segar agar kebutuhan nutrisi keluarga tetap terpenuhi. Ia pun menata lemari es sedemikian rupa agar mudah meracik sahur dan berbuka tanpa kebingungan mencari bahan. Nurul mengungkapkan bahwa Ramadan menjadi lebih khidmat saat ia tidak direpotkan urusan logistik, sehingga ia bisa fokus beribadah dan menemani anak-anaknya belajar agama.

Menjelang Ramadan, banyak juga yang mulai mengingatkan diri akan pentingnya menahan emosi. dr. Ratna menyoroti bahwa selama berpuasa, hormon dan kadar gula darah bisa memengaruhi suasana hati. Ia menyarankan latihan pernapasan atau meditasi ringan bagi mereka yang mudah marah atau stres. Ia mencontohkan teknik pernapasan 4-7-8, di mana kita menarik napas empat hitungan, menahan napas tujuh hitungan, lalu mengembuskannya delapan hitungan. Teknik ini membantu menenangkan sistem saraf dan bisa diterapkan ketika mulai merasa emosi memuncak. Sebagian besar ulama juga sepakat bahwa menjaga lisan dan emosi termasuk esensi utama puasa, sehingga latihan mental ini sama pentingnya dengan persiapan fisik.

Beberapa komunitas masjid juga mengadakan kelas persiapan Ramadan yang mencakup topik fikih puasa, tadarus Al-Qur’an, hingga panduan meningkatkan amal sedekah. Dalam ceramah di sebuah masjid besar, seorang ustaz menyampaikan pentingnya membiasakan salat malam beberapa pekan sebelum Ramadan agar ketika tiba waktu Tarawih, tubuh tidak kaget dan siap menjalankan ibadah tambahan. Ia juga menyarankan agar umat Islam menuliskan target Ramadan di secarik kertas, misalnya khatam Al-Qur’an satu kali, sedekah harian, atau mengikuti kajian minimal seminggu sekali. Dengan target yang jelas, diharapkan motivasi menjalani puasa tidak cepat meredup di pertengahan bulan. Hal ini juga dikuatkan oleh data kualitatif yang menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki target ibadah lebih mampu menjaga konsistensi hingga akhir Ramadan.

Pada akhirnya, persiapan jelang Ramadan bukan sekadar membeli bahan makanan atau mengatur jadwal sahur dan berbuka. Lebih dari itu, kita perlu menata mental dan spiritual agar bulan suci ini tidak berlalu begitu saja tanpa peningkatan kualitas diri. Dengan memahami kebutuhan tubuh, merencanakan pola makan, mengatur waktu istirahat, dan menanamkan niat kuat untuk meningkatkan ibadah, kita dapat melalui Ramadan dengan penuh makna. Seorang mahasiswa bernama Dian menilai bahwa persiapan inilah yang membedakan antara sekadar berpuasa secara fisik dan berpuasa dengan kesadaran rohani. Dian pun menambahkan bahwa dengan melakukan persiapan matang, ia bisa menjaga produktivitas di kampus, tetap menjalankan kewajiban kuliah, dan aktif dalam kegiatan sosial selama Ramadan.

Ramadan merupakan bulan yang diistimewakan Allah  ﷻ  yang penuh rahmat dan ampunan, seperti yang tercantum pada surah Al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْققَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ    

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."
 

Dan juga salah satu hadits Nabi Muhammad ﷺ: 

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan berkata, ’Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al Qur’an pula berkata, ’Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda, ’Maka syafa’at keduanya diperkenankan.’“
 

Bagi yang ingin terus mendapatkan inspirasi dan panduan seputar gaya hidup, kesehatan, dan spiritualitas, baca terus artikel-artikel menarik lainnya di Metavora.co. Setiap orang memiliki cara unik untuk bersiap menghadapi Ramadan, namun inti utamanya sama: memaksimalkan pahala dan menjadikan bulan suci ini sebagai momen perubahan diri. Dengan persiapan mental, fisik, dan spiritual yang baik, Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan perjalanan menumbuhkan empati, kedisiplinan, dan kedekatan dengan Sang Pencipta. Semoga informasi ini membantu Anda merancang strategi agar bulan Ramadan kali ini lebih bermakna dan berdampak positif pada kehidupan Anda sepanjang tahun.

Yuanita Rahman

Alice to find any. And yet you incessantly stand on their slates, 'SHE doesn't believe there's an.