Idul Fitri
  • 29 Apr 2025

Tahukah Anda bahwa momen berbuka puasa atau iftar selama Ramadan bukan hanya soal menyantap hidangan lezat setelah seharian menahan lapar? Berdasarkan beragam studi ilmiah, proses breaking the fast di bulan suci ini punya manfaat yang tak kalah besar dari puasa itu sendiri.

Selama Ramadan, umat Muslim menjalankan puasa harian (Ramadan Diurnal Intermittent Fasting, RDIF) dengan tidak makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Pada saat matahari terbenam, datanglah momen iftar atau buka puasa—saat umat Muslim mengisi kembali energi dan cairan tubuh yang hilang sepanjang hari. Selain menjadi momen spiritual dan kebersamaan keluarga, iftar juga menyimpan aspek kesehatan yang kian banyak diteliti oleh para ilmuwan.

Menurut artikel di National Library of Medicine (misalnya PMC9344887) dan beberapa studi lain, iftar bukan sekadar “makan malam biasa.” Pola makan setelah seharian berpuasa dapat memengaruhi stabilitas gula darah, profil lipid, dan bahkan respons hormon. Dr. Fahmi Qureshi, peneliti di bidang nutrisi, menyatakan, “Cara seseorang berbuka puasa berpengaruh langsung pada efisiensi metabolisme yang telah ‘reset’ selama puasa. Mengonsumsi hidangan bergizi secara teratur saat iftar memaksimalkan manfaat kesehatan puasa Ramadan.”

1. Menstabilkan Kadar Gula Darah

Mengapa Stabilitas Gula Darah Penting?

Selama puasa, tubuh mengandalkan simpanan glikogen dan lemak sebagai sumber energi. Ketika waktunya berbuka, asupan karbohidrat membantu mengembalikan kadar glukosa. Namun, cara kita mengisi kembali gula darah sangat menentukan respons insulin dan tingkat energi setelahnya.

Bukti Ilmiah

  • Sebuah penelitian yang dimuat di Journal of Nutrition & Metabolism (2022) menyebut bahwa berbuka puasa dengan porsi karbohidrat moderat dan indeks glikemik rendah (misalnya kurma, sayuran, buah) mampu mencegah fluktuasi gula darah ekstrem.
  • Riset Al-Nawaiseh et al. (2025) yang disadur di PMC9344887 juga menyoroti bagaimana iftar yang tepat menjaga performa atlet, karena gula darah kembali stabil secara bertahap, bukan melonjak drastis.

Praktik Terbaik

  • Awali dengan Air dan Kurma: Kandungan glukosa dan serat dalam kurma membantu memulihkan energi secara perlahan.
  • Hindari Gula Berlebih: Minuman manis berlebihan bisa memicu lonjakan gula darah yang diikuti kejatuhan drastis (sugar crash).
  • Perhatikan Porsi: Berbuka dengan porsi kecil terlebih dahulu, lalu selang beberapa menit konsumsi hidangan utama.

2. Mengembalikan Cairan dan Elektrolit

Pentingnya Rehidrasi

Sepanjang hari, tubuh kehilangan cairan lewat keringat, napas, dan urin. Tanpa asupan air, risiko dehidrasi meningkat. Saat iftar, proses rehidrasi ini menjadi krusial.

Data Penelitian

Studi di Frontiers in Nutrition (2023) menemukan bahwa puasa Ramadan di iklim panas dapat menurunkan volume plasma hingga 2–3%. Jika tidak diatasi saat berbuka, efek samping seperti sakit kepala, lemas, atau konsentrasi menurun dapat berlanjut.

Tips Rehidrasi Sehat

  • Minum Air Putih: Pilih air putih daripada minuman manis.
  • Konsumsi Buah Tinggi Air: Semangka, melon, atau jeruk membantu menambah cairan dan elektrolit.
  • Batasi Kafein: Kopi atau teh boleh, tapi ingat efek diuretiknya yang bisa mengurangi cairan tubuh.

3. Memulihkan Energi Otot dan Keseimbangan Nutrisi

Proses Pemulihan

Setelah seharian tak makan, otot perlu glikogen baru. Hidangan iftar yang kaya karbohidrat kompleks (nasi merah, roti gandum, dsb.) dan protein (daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan) membantu memulihkan otot dan menjaga metabolisme.

Studi Ilmiah Terkini

  • Fekih et al. (dalam PMC9344887) meneliti atlet tenis remaja yang berpuasa. Mereka menemukan bahwa asupan protein yang cukup saat iftar berpengaruh pada penurunan tingkat kecemasan dan menjaga kinerja fisik.
  • Al-Nawaiseh et al. juga mencatat bahwa pelari jarak jauh yang mengatur asupan karbohidrat seimbang di iftar berhasil mempertahankan atau meningkatkan waktu lari dan kecepatan maksimal.

Dr. Andi Kusuma, ahli gizi, menyarankan menyeimbangkan karbohidrat, protein, dan lemak sehat saat iftar. “Jangan lupakan sayur dan buah sebagai sumber serat dan vitamin,” ujarnya. Hindari terlalu banyak gorengan atau makanan tinggi lemak jenuh.

 

4. Mendukung Proses Detoksifikasi dan Anti-inflamasi

Mengapa Iftar Penting untuk Detoks?

Saat berpuasa, tubuh meningkatkan mekanisme pembersihan sel (autofagi) dan penurunan aktivitas inflamasi. Ketika iftar, Anda bisa memperkuat efek tersebut dengan memilih makanan kaya antioksidan.

Data Riset

  • Mohamed et al. (2020) mengungkap bahwa Ramadan Diurnal Intermittent Fasting menurunkan penanda inflamasi seperti CRP dan IL-6. Pola makan saat iftar (misalnya, konsumsi sayur, buah, kurma) berperan besar.
  • Shatila et al. menyoroti perubahan pola makan orang Lebanon saat Ramadan—di mana asupan sayur dan buah tertentu meningkat—dan efeknya positif pada profil nutrisi.

Rekomendasi Makanan

  • Kurma: Kaya akan antioksidan, serat, dan gula alami.
  • Sayur Berwarna Gelap: Bayam, brokoli, atau kale mengandung fitokimia anti-inflamasi.
  • Sumber Lemak Sehat: Alpukat, kacang almond, zaitun, membantu menjaga keseimbangan lipid.

5. Menunjang Kesehatan Mental dan Spiritual

Dimensi Psikologis

Iftar bukan hanya soal fisik. Momen ini sering menjadi saat berkumpul keluarga, berbagi hidangan, dan memperkuat ikatan sosial. Menurut Journal of Muslim Mental Health (2022), suasana kebersamaan saat berbuka berkontribusi menurunkan stres dan kecemasan.

Penelitian Terkait

  • Riat et al. (dalam PMC9344887) meneliti hubungan antara mood, kualitas hidup, dan parameter biologis selama Ramadan. Mereka menemukan bahwa BDNF dan kortisol turun seiring puasa, menandakan perbaikan mood dan penurunan stres. Iftar menjadi titik balik harian, di mana hormon kortisol mulai menurun.

Komponen Spiritual

Puasa Ramadan tak lepas dari unsur ibadah dan refleksi diri. Menurut Dr. Aisyah Wardhani, psikolog religi, “Proses berbuka bersama keluarga atau teman menambah rasa syukur dan kedekatan emosional. Ini berdampak positif pada kesehatan mental.”

 

Baca juga:

 

6. Risiko dan Tips Sehat Saat Berbuka

Meskipun iftar menyimpan banyak manfaat, ada potensi kesalahan yang membuat hasil jadi kurang optimal:

  1. Makan Berlebihan: Beberapa orang membalas rasa lapar dengan porsi besar dan makanan tinggi gula. Akibatnya, gula darah melonjak, memicu lemas pasca-makan (postprandial slump).
  2. Terlalu Banyak Gorengan: Mengkonsumsi gorengan secara berlebihan dapat meningkatkan asupan lemak jenuh dan kalori berlebih.
  3. Kurang Cairan: Kadang orang langsung menyerbu makanan padat dan lupa minum cukup air. Padahal, rehidrasi mendesak usai puasa.

Dr. Tania Wulandari, ahli gizi, merekomendasikan:

  • Mulailah dengan Air Putih dan 1–3 butir kurma.
  • Tunggu 10–15 menit sebelum menyantap hidangan utama agar pencernaan lebih siap.
  • Pilih Karbohidrat Kompleks (nasi merah, roti gandum) dan protein berkualitas (daging tanpa lemak, ikan, telur).
  • Perbanyak Serat (sayur, buah) dan lemak sehat (alpukat, kacang-kacangan).
  • Hindari Makanan Sangat Manis di awal iftar untuk mencegah lonjakan gula darah.

Pertanyaan Umum Seputar Iftar

  1. Apakah Aman Minum Kopi Saat Berbuka?
    Ya, asal tidak berlebihan. Kopi dapat membantu kewaspadaan, namun perlu diingat efek diuretiknya. Lebih baik minum air putih terlebih dulu untuk rehidrasi.
  2. Bagaimana Dengan Olahraga Sebelum atau Sesudah Iftar?
    Olahraga ringan menjelang iftar bisa baik, tapi hati-hati dehidrasi. Banyak atlet memilih latihan 1–2 jam sebelum berbuka agar bisa segera minum dan makan. Sebagian lagi berolahraga 1–2 jam setelah iftar untuk energi lebih optimal.
  3. Apakah Harus Menghindari Cemilan Manis?
    Tak harus dihindari total, tapi batasi porsinya. Lebih baik ganti dengan buah segar, yoghurt, atau makanan manis rendah gula.

Iftar Sebagai Bagian Penting dari RDIF

Breaking the fast atau iftar tak sekadar mengakhiri rasa lapar setelah seharian berpuasa. Ia memainkan peran kunci dalam menyeimbangkan kembali metabolisme, rehidrasi, dan perbaikan energi. Berbagai studi, termasuk yang dimuat di PMC9344887, menunjukkan bahwa iftar yang direncanakan dengan baik—dengan pemilihan makanan sehat dan porsi terkontrol—mendatangkan beragam manfaat, mulai dari stabilitas gula darah, perbaikan profil lipid, hingga dukungan kesehatan mental.

Di sisi lain, potensi risiko seperti makan berlebihan atau asupan gula tinggi tetap perlu diwaspadai. Seperti disarankan banyak pakar, kunci sukses iftar adalah memulai dengan rehidrasi dan makanan ringan, lalu bertahap beralih ke hidangan utama yang seimbang. Dengan demikian, Anda bisa memaksimalkan manfaat puasa Ramadan, menjaga tubuh tetap bugar, dan memperkuat dimensi spiritual.

“Iftar adalah momen transisi—dari fase puasa ke fase pemulihan. Jika dikelola dengan bijak, inilah kesempatan emas untuk meraih keseimbangan nutrisi dan kesehatan,” kata Dr. Fahmi Qureshi.***

Penasaran dengan lebih banyak tips seputar puasa, nutrisi Ramadan, dan gaya hidup sehat? Baca terus artikel-artikel kami di Metavora. Kami menghadirkan panduan praktis, hasil riset ilmiah terkini, dan wawancara eksklusif dengan pakar kesehatan untuk membantu Anda memaksimalkan manfaat spiritual sekaligus fisiologis selama bulan suci Ramadan.