Di Indonesia dan berbagai negara Muslim lainnya, kurma adalah salah satu makanan yang selalu diidentikkan dengan bulan suci ini. Banyak orang merasa belum lengkap jika tidak mengawali berbuka dengan kurma. Pertanyaannya, mengapa kurma begitu dianjurkan selama Ramadan, dan apa sebenarnya manfaatnya bagi tubuh? Artikel ini akan membahas secara komprehensif manfaat konsumsi kurma selama Ramadan, merangkum data ilmiah, wawancara ahli, serta tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Di balik kebiasaan memakan kurma sebagai takjil, terdapat landasan tradisional dan ilmiah. Seorang ahli gizi bernama Dita yang telah mengkaji pola makan masyarakat Muslim di Indonesia menuturkan bahwa kurma kaya akan gula alami, serat, dan beragam mineral. Komposisi ini menjadikan kurma sebagai sumber energi yang mudah dicerna, khususnya saat perut kosong setelah berjam-jam berpuasa. Dita menekankan bahwa gula alami dalam kurma dapat dengan cepat meningkatkan kadar gula darah yang menurun drastis selama puasa. Hal ini membantu mengurangi risiko pusing atau lemas yang sering dialami di awal berbuka. Ia juga menyebut bahwa serat yang terkandung dalam kurma membantu menormalkan pencernaan, sehingga proses transisi dari keadaan berpuasa ke keadaan makan tidak terlalu mengagetkan sistem pencernaan.
Bicara soal tradisi, konsumsi kurma saat berbuka memang telah berlangsung sejak masa Nabi Muhammad SAW. Menurut berbagai riwayat, beliau menganjurkan umatnya untuk memulai buka puasa dengan kurma dan air putih. Seorang ustaz bernama Ahmad menjelaskan bahwa alasan tradisionalnya karena kurma adalah buah yang mudah didapatkan di wilayah Jazirah Arab, sekaligus kaya akan nutrisi. Ahmad menambahkan bahwa kebiasaan ini telah diadopsi secara global oleh komunitas Muslim, bahkan di wilayah yang tidak menanam kurma. Ia mengungkapkan bahwa meskipun di Indonesia kurma tidak tumbuh secara luas, impor kurma meningkat signifikan setiap Ramadan. Hal ini menandakan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya kurma sebagai takjil. Dalam konteks ajaran Islam, memulai berbuka dengan kurma juga dianggap sunnah, sehingga banyak orang yang mengikuti praktik ini sebagai bentuk ketaatan dan meneladani Nabi.
Manfaat kurma tidak hanya berhenti di kandungan gulanya. Ada banyak unsur lain dalam buah ini yang menjadikannya sangat bergizi. Seorang peneliti pangan bernama Nur Aisyah pernah mempresentasikan studi tentang kandungan vitamin dan mineral dalam kurma. Ia menyoroti bahwa kurma mengandung vitamin B kompleks, vitamin K, serta mineral seperti kalium, magnesium, dan zat besi. Kalium berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, yang krusial selama berpuasa. Magnesium dan zat besi juga berperan dalam pembentukan energi serta transportasi oksigen dalam darah. Studi-studi ini menegaskan bahwa kurma bukan sekadar sumber gula, melainkan juga paket nutrisi yang lengkap untuk mengembalikan energi. Nur Aisyah menekankan bahwa inilah sebabnya orang yang mengonsumsi kurma saat berbuka cenderung merasa lebih cepat pulih dari rasa lemas, karena selain gula, mereka juga mendapat asupan mineral penting yang telah terkuras sepanjang hari.
Seiring berkembangnya zaman, jenis kurma yang tersedia di pasaran semakin beragam. Di Indonesia, kurma yang paling umum ditemukan adalah kurma ajwa, barhi, medjool, dan beberapa varian lainnya. Seorang pedagang kurma bernama Arif, yang telah mengimpor kurma dari Timur Tengah selama lebih dari satu dekade, menjelaskan bahwa setiap jenis kurma memiliki karakteristik rasa dan tekstur yang unik. Ajwa sering dianggap sebagai kurma yang memiliki nilai spiritual tinggi karena disebut-sebut dalam beberapa riwayat, sementara medjool disukai karena daging buahnya yang tebal dan manis. Arif mengatakan bahwa di bulan Ramadan, permintaan terhadap kurma melonjak hingga 300% dibandingkan bulan-bulan biasa, dan hal ini bukan hanya berasal dari kalangan Muslim, tetapi juga konsumen non-Muslim yang menyukai rasa manis alaminya. Ia juga menambahkan bahwa beberapa jenis kurma premium bisa mencapai harga yang cukup tinggi, terutama jika kualitas dan kesegarannya terjaga.
Dari segi kesehatan pencernaan, konsumsi kurma membantu melancarkan buang air besar, khususnya berkat serat larut yang ada di dalamnya. Seorang dokter umum bernama dr. Andi menceritakan bahwa banyak pasien yang mengeluh sembelit di awal-awal Ramadan karena perubahan pola makan. Mereka cenderung mengonsumsi banyak gorengan atau makanan manis berlebihan saat berbuka, namun kurang mengonsumsi serat. Ia merekomendasikan agar menambahkan beberapa butir kurma setiap berbuka dan sahur untuk membantu menjaga pergerakan usus yang sehat. Asam amino dan serat dalam kurma membantu memperlancar pencernaan, sementara gula alaminya memberikan energi tanpa memicu lonjakan gula darah yang terlalu tinggi jika dikonsumsi dalam porsi wajar. Sebuah penelitian kecil di sebuah jurnal nutrisi menunjukkan bahwa orang yang rutin mengonsumsi 2-3 butir kurma saat berbuka memiliki keluhan pencernaan yang lebih rendah ketimbang mereka yang langsung menyantap hidangan berat.
Tidak hanya itu, kandungan antioksidan dalam kurma juga menjadi poin penting. Penelitian di beberapa laboratorium menunjukkan bahwa kurma mengandung polifenol yang dapat membantu melawan radikal bebas, berkontribusi pada pencegahan kerusakan sel. Bagi orang yang berpuasa, antioksidan dapat membantu tubuh bertahan lebih baik terhadap stres oksidatif yang meningkat karena perubahan pola makan dan jam tidur. Seorang ahli gizi bernama Dita menambahkan bahwa perpaduan gula, serat, dan antioksidan dalam kurma menjadikannya makanan pemulih energi yang optimal. Ia merekomendasikan agar mereka yang berbuka dengan kurma menambahkan segelas air putih atau susu rendah lemak untuk melengkapi asupan nutrisi, sehingga tubuh siap menjalani salat Magrib dan Tarawih tanpa gangguan berarti.
Bicara soal porsi, Dita menekankan bahwa meskipun kurma kaya manfaat, konsumsinya tetap perlu dibatasi. Ia menyarankan 3 hingga 5 butir kurma saat berbuka untuk memenuhi kebutuhan gula darah awal. Jika terlalu banyak, asupan kalori bisa berlebih dan malah membuat rasa begah, apalagi jika diikuti dengan makanan berat. Sementara itu, bagi mereka yang memiliki diabetes atau pradiabetes, dr. Andi menekankan bahwa konsultasi medis tetap diperlukan, sebab meskipun gula pada kurma termasuk gula alami, tetap dapat meningkatkan kadar glukosa darah jika dikonsumsi berlebihan. Dalam hal ini, penyesuaian dosis insulin atau obat diabetes mungkin perlu dipertimbangkan, tergantung rekomendasi dokter.
Selain dimakan langsung, kurma juga bisa diolah menjadi berbagai hidangan. Seorang chef bernama Indri yang sering berkreasi dengan menu Timur Tengah menyebutkan bahwa smoothie kurma, misalnya, menjadi alternatif segar bagi yang bosan dengan teh manis atau sirup. Ia memadukan kurma dengan susu dan sedikit kayu manis, kemudian memblendernya hingga halus. Hasilnya adalah minuman yang creamy, manis, dan kaya nutrisi. Indri juga sering membuat tumisan sayur atau daging yang menggunakan potongan kurma sebagai penambah rasa manis dan gurih. Menurutnya, perpaduan ini menciptakan kontras cita rasa yang menarik. Namun, ia mengingatkan agar tetap memerhatikan asupan gula total per hari, karena jika semua makanan mengandung kurma, bisa saja kandungan gulanya menjadi berlebihan.
Ketika ditanya tentang manfaat kurma bagi berbagai kelompok usia, dr. Ratna menjelaskan bahwa kurma cocok untuk hampir semua kalangan, dari anak-anak hingga lansia. Anak-anak di atas usia tiga tahun dapat menikmati 1-2 butir kurma saat berbuka untuk membantu pemulihan energi setelah puasa, sementara remaja yang aktif memerlukan asupan karbohidrat sehat dapat mengandalkan kurma sebagai camilan manis. Bagi orang dewasa, 3-5 butir cukup untuk menjaga stabilitas gula darah dan mencegah makan berlebihan saat berbuka. Kelompok lansia pun diuntungkan karena seratnya membantu pencernaan dan kandungan kalium berguna untuk menjaga tekanan darah. Meskipun demikian, bagi lansia dengan masalah pengunyahan atau gigi palsu, tekstur kurma yang lengket kadang menyulitkan, sehingga perlu dipotong kecil atau direndam air hangat agar lebih lunak.
Selain itu, ada tradisi di beberapa wilayah yang memanfaatkan kurma sebagai hidangan sahur untuk mencegah rasa lapar berlebihan di siang hari. Data dari sebuah survei kecil di sebuah pesantren modern menunjukkan bahwa santri yang memakan kurma saat sahur cenderung tidak mudah lemas di pagi hari, dibandingkan mereka yang hanya memakan nasi dan lauk. Seorang santri bernama Fauzan menceritakan pengalamannya yang merasakan perbedaan signifikan setelah menambahkan 3-4 butir kurma dalam menu sahurnya. Ia merasa lebih segar dan tidak cepat mengantuk di kelas pagi, kemungkinan karena gula alami di kurma dilepaskan secara bertahap dan tidak membuat insulin melonjak drastis.
Keunikan lainnya adalah potensi kurma dalam membantu menjaga keseimbangan elektrolit tubuh. Kalium yang tinggi dalam kurma sangat bermanfaat ketika kita berbuka, sebab sepanjang hari tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit. Dita menegaskan bahwa selain air putih, makanan tinggi kalium seperti kurma membantu mempercepat pemulihan keseimbangan cairan. Inilah mengapa banyak orang yang merasakan “segar” begitu menyantap kurma ketika berbuka, selain faktor rasa manis yang menyenangkan. Bagi mereka yang tidak terlalu menyukai rasa manis, Dita menyarankan memilih varian kurma yang kurang manis seperti barhi yang cenderung memiliki sensasi segar, atau kurma sukari yang memiliki cita rasa karamel ringan.
Tidak dapat dipungkiri, Ramadan sering memunculkan kebiasaan kurang sehat, seperti mengonsumsi gorengan dan makanan tinggi gula. Dalam hal ini, kurma menjadi alternatif yang lebih sehat dibandingkan kue atau camilan manis lainnya. Seorang ibu rumah tangga bernama Laila mengaku selalu menyiapkan kurma di meja makan selama Ramadan. Menurutnya, dengan adanya kurma, keluarganya bisa mengurangi konsumsi kue manis saat berbuka. Di sisi lain, suaminya yang semula terbiasa dengan sirup manis pun mulai mengganti kebiasaan itu dengan memakan 2-3 butir kurma. Laila menilai bahwa kebiasaan sederhana ini sedikit demi sedikit membantu mereka mengontrol asupan gula tambahan.
Di Indonesia, konsumsi kurma saat Ramadan bukan hanya bagian dari ritual agama, melainkan juga tradisi sosial. Sebelum pandemi, banyak masjid mengadakan buka puasa bersama, dan kurma hampir selalu hadir sebagai makanan pembuka. Seorang pengurus masjid bernama Hadi menuturkan bahwa mereka rutin menyediakan kurma dalam jumlah besar untuk jamaah. Selain mengikuti sunnah, hal ini juga menekankan kebersamaan dan semangat saling berbagi. Meski pun porsi kurma terbatas, jamaah merasa cukup terbantu karena kurma menjadi asupan cepat yang mengembalikan energi usai seharian berpuasa. Hadi mengakui bahwa setelah adanya kajian nutrisi, pengurus masjid juga menambahkan air mineral dan buah-buahan lain agar asupan para jamaah lebih variatif. Namun, kurma tetap menjadi favorit banyak orang.
Dari sisi industri, Ramadan adalah waktu emas bagi para pedagang kurma. Menurut data dari asosiasi importir buah, permintaan kurma meningkat hingga 300% dibandingkan bulan-bulan biasa. Arif, seorang pedagang kurma di pusat perbelanjaan, menyebutkan bahwa seminggu menjelang Ramadan, stok kurma dari berbagai negara seperti Tunisia, Mesir, dan Arab Saudi datang silih berganti. Meski harga bervariasi, ia mengungkapkan bahwa permintaan terus melonjak karena masyarakat sudah menganggap kurma sebagai bagian tak terpisahkan dari tradisi Ramadan. Ia menambahkan bahwa beberapa jenis kurma premium seperti ajwa Madinah dan sukari premium sering kali habis duluan karena penggemar rela membayar lebih demi kualitas rasa dan tekstur yang lebih baik.
Menilik semua uraian di atas, jelas bahwa kurma bukan sekadar buah yang dijadikan takjil semata, tetapi simbol yang mencerminkan keseimbangan nutrisi, tradisi, dan spiritualitas selama Ramadan. Bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa, kurma menyediakan asupan energi yang mudah dicerna, nutrisi penting untuk menjaga kesehatan, dan nilai historis yang mengingatkan pada zaman Nabi. Sejumlah pakar dan penelitian pun mendukung praktik ini, asalkan konsumsinya tetap dikendalikan. Dengan perpaduan unsur gizi, kandungan antioksidan, dan sifat mudah dicerna, kurma memang layak mendapat tempat istimewa di meja makan saat berbuka maupun sahur.
Jika Anda ingin terus mendalami berbagai tips dan informasi seputar gaya hidup sehat, nutrisi, serta tradisi menarik di bulan Ramadan, baca terus artikel-artikel menarik lainnya di Metavora.co. Momen Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, melainkan kesempatan untuk menata kembali kebiasaan makan, memperkuat keimanan, dan mempererat tali silaturahmi. Dengan menyertakan kurma dalam menu harian, Anda berkontribusi pada pelestarian tradisi sekaligus memenuhi kebutuhan gizi yang bermanfaat bagi tubuh.