Black Sabbath diakui luas sebagai salah satu kelompok musik paling berpengaruh dalam sejarah rock, terutama untuk genre heavy metal. Sejak dibentuk pada 1968 di Aston, Birmingham, keempat personel awal—Ozzy Osbourne (vokal), Tony Iommi (gitar), Geezer Butler (bass), dan Bill Ward (drum)—membawa musik keras ke arah yang belum pernah dipikirkan sebelumnya. Lagu-lagu seperti “War Pigs,” “Iron Man,” dan “Black Sabbath” menegaskan atmosfer gelap, riff berat, dan tema lirik yang menyeramkan, hingga akhirnya menelurkan ribuan band penerus di berbagai belahan dunia.
Mengapa Reuni Black Sabbath Ini Menjadi Sejarah Penting?
Seiring waktu, band ini mengalami dinamika internal. Ozzy sempat dipecat pada 1979 karena masalah kecanduan, sementara Tony Iommi menjadi figur kunci yang tetap menjaga nama Black Sabbath bersama anggota lain yang berganti-ganti. Di era modern, tiga anggota awal—Ozzy, Iommi, dan Butler—sempat menggelar tur perpisahan bertajuk The Endpada 2016–2017, tapi tanpa Ward. Fans menilai perpisahan tersebut tak benar-benar “penuh” karena absennya sang drummer. Kini, dalam sebuah pengumuman resmi, band ini akan tampil dengan formasi orisinal untuk acara “Back To The Beginning,” sebuah konser satu hari di Birmingham pada 5 Juli. Lebih menghebohkan lagi, Ozzy Osbourne menyatakan bahwa ini akan menjadi konser terakhirnya, baik bersama Sabbath maupun karier solonya.
Kabar ini diungkap melalui konferensi pers di Villa Park, yang dihadiri oleh Sharon Osbourne dan Tony Iommi. Sharon menekankan bahwa “Ozzy ingin benar-benar menutup kariernya dengan reuni Sabbath yang utuh,” sementara Iommi menyebut “inilah cara paling tepat untuk menghormati warisan kami.” Dalam wawancara dengan BBC News, Sharon mengatakan bahwa suaminya merasa belum menuntaskan babak akhir band tanpa Bill Ward. Data yang kami kumpulkan dari sumber-sumber tepercaya (termasuk BBC, situs resmi Black Sabbath, dan pernyataan manajemen Ozzy) menguatkan bahwa “Back To The Beginning” bakal menjadi panggung metal terakbar di tahun ini, atau bahkan dekade ini.
Kilas Balik: Mengapa Ozzy dan Black Sabbath Sempat Pensiun?
Tur The End pada 2016–2017 menandai “resmi pensiunnya” Black Sabbath. Konser penutup di NEC Arena, Birmingham, 2017, disesaki 16.000 penggemar yang menyanyikan lagu-lagu klasik seperti “War Pigs,” “N.I.B,” hingga “Paranoid.” Waktu itu, Bill Ward absen karena persoalan kontrak dan kesehatan. Band pun menegaskan bahwa itulah perpisahan final. Ozzy sempat berucap bahwa ia “sangat bersyukur” untuk dukungan fans, dan menegaskan bahwa band perlu istirahat setelah puluhan tahun berkiprah.
Ozzy sendiri terus melanjutkan karier solo dengan merilis album Ordinary Man (2020) dan Patient Number 9 (2022). Namun, kondisinya memburuk akibat cedera tulang belakang dan diagnosis Parkinson. Menurut laporan Mayo Clinic, Parkinson bisa mengganggu kemampuan motorik, sehingga sulit bagi Ozzy untuk menempuh tur panjang. Ia resmi menyatakan pensiun dari tur pada Februari 2023. Dalam unggahan di media sosial, Ozzy menulis, “Satu-satunya tujuan saya adalah kembali ke panggung, tetapi tubuh saya tak sekuat dulu. Vokal saya masih baik, tapi fisik ini lemah.” Meski sempat tampil di penutupan Commonwealth Games 2022, penampilan Ozzy di panggung menjadi semakin jarang. Wawancara di Rolling Stone UK mengungkap ia masih berhasrat “manggung lagi,” tetapi tak ingin sekadar “dikasihani.”
Lahirnya ‘Back To The Beginning’ dan Kembalinya Bill Ward
Pada awal 2025, rumor kencang beredar bahwa Tony Iommi dan Geezer Butler tengah berbicara intens dengan Bill Ward. Ozzy menegaskan di podcast The Madhouse Chronicles (2024) bahwa “Black Sabbath belum benar-benar selesai jika Bill tak ikut.” Tak lama, Bill Ward membenarkan adanya diskusi, menyebut ia terbuka untuk satu penampilan pamungkas. Dengan “Back To The Beginning,” akhirnya hal itu dikonfirmasi: Ward kembali ke posisi drum, melengkapi Ozzy, Iommi, dan Butler, empat pilar yang membangun musik metal sejak 1968.
Menurut penuturan Sharon Osbourne di BBC News, “Ozzy tidak pernah menutup kariernya dengan fans, dan merasa belum ada titik akhir. Ini adalah full stop yang ia inginkan. Dan Bill Ward kembali, jadi kami punya formasi klasik yang akan mengakhiri segalanya dengan cara terhormat.” Pengumuman ini mengejutkan banyak pihak karena tak ada yang menduga Ward mau menuntaskan perbedaan kontrak. Rupanya, manajemen Sabbath akhirnya mencapai kesepakatan. Seorang sumber dalam menyebut Bill Ward sangat antusias bisa bermain sekali lagi bersama ketiga rekannya. Bagi fans, ini realisasi impian menonton Sabbath “original lineup” di satu panggung, sesuatu yang tak pernah terjadi sejak dua dekade terakhir.
Baca juga
Siapa Saja yang Akan Tampil?
“Back To The Beginning” dijadwalkan 5 Juli di Villa Park, Aston, Birmingham—tepat di dekat lokasi pertama kali Sabbath berlatih pada 1968. Menurut pernyataan resmi, acara ini tak cuma menampilkan Black Sabbath, tetapi juga final show Ozzy Osbourne sebagai solois. Sementara itu, line-up pendukungnya amat menggugah: Metallica, Pantera, Slayer, Gojira, Anthrax, Halestorm, Lamb of God, Alice In Chains, Mastodon, dan Rival Sons. Mereka semua dianggap sebagai “anak-cucu spiritual” Sabbath, melanjutkan estafet musik keras di era modern. Seorang pengamat musik bernama Lucy menilai ini “pesta metal lintas generasi,” menandai betapa luas pengaruh Sabbath selama 50 tahun lebih.
Tidak berhenti di situ, sebuah “supergroup” all-star akan tampil, digawangi Tom Morello (Rage Against The Machine) sebagai direktur musik. Anggotanya mencakup Billy Corgan (The Smashing Pumpkins), Slash (Guns N’ Roses), Fred Durst (Limp Bizkit), Wolfgang Van Halen, Jonathan Davis (Korn), dan David Ellefson (ex-Megadeth). Aktor Jason Momoa (Aquaman, Game of Thrones) bakal menjadi pembawa acara (compere). Sharon Osbourne di BBC News mengatakan, “Supergroup ini akan memainkan lagu-lagu Sabbath, lagu-lagu Ozzy, dan mungkin lagu mereka sendiri dengan format kolaborasi tak terduga. Orang-orang akan melihat kolaborasi yang tak pernah dibayangkan.”
Sementara itu, Tom Morello menyebut di akun media sosialnya bahwa ia sangat terhormat bisa mengarahkan talenta-talenta besar ini untuk “memberikan penghormatan terbaik kepada Sabbath dan Ozzy.” Ia menambahkan, “Kami ingin menciptakan penampilan yang menegaskan betapa dalamnya pengaruh Sabbath pada budaya musik keras.”
Konsep Acara dan Jadwal
Sharon Osbourne menjelaskan bahwa acara dibuka pukul 12 siang, menampilkan set-set singkat dari band pendukung, seringkali dengan kejutan kolaborasi. Ia mencontohkan, “Tom Morello mungkin jamming bareng Danny Carey (Tool) dan Billy Corgan, lalu Slash dan Duff McKagan (Guns N’ Roses) berduet dengan David Draiman (Disturbed) atau Jonathan Davis (Korn).” Hal ini menggambarkan acara layaknya festival satu hari, di mana ikon metal saling bertukar panggung. Seorang fans bernama Dimas menulis di forum metal bahwa “bisa jadi kita melihat Morello dan Chad Smith (RHCP) main bareng, atau Dave Lombardo (ex-Slayer) muncul di panggung. Semua kemungkinan terbuka.”
Puncak acara adalah penampilan Ozzy Osbourne secara solo, yang menurut keterangan Sharon akan singkat tapi berisi. Setelah itu, empat anggota asli Black Sabbath tampil bersama untuk beberapa lagu, menandai “kembalinya Bill Ward.” Ozzy sempat menyebut di stasiun radio Sirius XM bahwa ia hanya akan menyanyikan “beberapa potong lagu,” mengingat kondisi fisiknya. Meski singkat, banyak fans menantikan momen itu sebagai “holy grail” dalam sejarah Sabbath. Mereka mungkin membawakan lagu-lagu paling ikonik, seperti “Paranoid” atau “War Pigs,” menutup malam dengan nuansa emosional yang kental.
Kenapa Ozzy Menyatakan Ini Konser Terakhir?
Ozzy, yang kini berusia 76 tahun, telah lama berjuang dengan cedera tulang belakang dan Parkinson. Ia mengatakan di media sosial bahwa pensiun dari tur tahun 2023 merupakan keputusan berat, tapi tak terelakkan. Menurut Sharon, kondisi Ozzy tidak memungkinkan tur panjang. Bahkan, gerakan sederhana pun kadang membuatnya kesakitan. Sementara suaranya masih cukup baik, stamina fisik tak lagi mendukung. Dalam wawancara dengan Rolling Stone UK, Ozzy menegaskan ia tak ingin tampil “setengah hati” atau sekadar minta simpati penonton. Ia ingin menutup panggung dengan kehormatan, bukan memaksa diri.
Keputusannya menambahkan beban emosional bagi fans yang tumbuh bersama musik Ozzy, baik di Black Sabbath maupun karier solo. Seorang peneliti budaya pop bernama Dr. Maria menyebut, “Ozzy adalah sosok yang menyimbolkan rock and roll, kegilaan panggung, tapi juga sosok yang rentan. Melihatnya menutup karier di atas panggung, di kota kelahiran band, bersama rekan-rekan lamanya, akan menjadi momen sejarah yang tak tergantikan.” Dr. Maria menilai hal ini sejalan dengan kecenderungan musisi senior menutup kisah di panggung “kampung halaman,” menegaskan identitas dan warisan mereka.
Black Sabbath: Diskografi dan Posisi ‘Back To The Beginning’
Sepanjang karier, Black Sabbath merilis 19 album studio. Mulai dari Black Sabbath (1970) hingga 13 (2013), setiap rilisan mencerminkan evolusi musik keras. Masa Ozzy di era 1970-an, Ronnie James Dio di era 1980-an, dan Tony Martin di akhir 1980-an hingga 1990-an, semuanya menorehkan bab penting. Kini, band menegaskan tak berniat menambah album lagi. Tur “The End” pada 2017 sempat dianggap penutup, tetapi “Back To The Beginning” menjadi epilog sebenarnya. Dalam wawancara singkat, Tony Iommi mengatakan, “Kami tidak merencanakan rekaman baru. Ini hanya panggung pamungkas, menghadirkan Bill Ward, menyatukan kami untuk satu malam luar biasa.”
Soal album terbaik, perdebatan tak berujung. Banyak fans menempatkan Paranoid (1970) di puncak, dengan alasan riff “Iron Man” dan “War Pigs” tak tergantikan. Ada pula yang mengidolakan Master of Reality (1971) karena sound doomy revolusioner. Sabbath Bloody Sabbath (1973) dan Sabotage (1975) pun kerap disebut mahakarya. Masa Dio lewat Heaven and Hell (1980) juga punya penggemar setia. Classic Rock Magazine menobatkan Paranoid sebagai album terbaik, menulis bahwa “dirilis hanya tujuh bulan setelah debut, album kedua Sabbath adalah puncak kreativitas dan keberanian.”
Makna Konser Ini Bagi Komunitas Metal
Tak hanya soal nostalgia, “Back To The Beginning” menandakan warisan budaya. Seorang sejarawan musik bernama Martin Popoff menjelaskan bahwa Black Sabbath adalah “batu pijakan” bagi ribuan band, dari Judas Priest, Iron Maiden, hingga Metallica. Melihat Sabbath orisinal—ditambah Ozzy menutup karier—merupakan pertemuan emosional antara generasi lama dan baru. Deretan band pendukung (Metallica, Pantera, Slayer, Gojira, Anthrax, Halestorm, Lamb of God, Alice In Chains, Mastodon, Rival Sons) merefleksikan “rantai evolusi” musik keras. Tiap band punya cerita tersendiri tentang pengaruh Sabbath dalam musik mereka. Hal ini ibarat perayaan lintas zaman, menegaskan betapa Sabbath masih relevan, bahkan setelah lima dekade lebih.
Dari sisi industri, konser semacam ini menunjukkan potensi “event satu hari” yang menyaingi festival besar. Promotor memproyeksikan penjualan tiket menembus rekor. Sharon Osbourne mengungkap, “Semua hasil penjualan akan disumbangkan untuk amal: Cure Parkinson's, Birmingham Children's Hospital, dan Acorn Children's Hospice.” Upaya ini menambah dimensi sosial pada acara, menjadikannya tak sekadar pesta rock, melainkan gerakan filantropi. Mungkin inilah cara Sabbath mengucap “terima kasih” pada kota kelahiran mereka. Proses penjualan tiket di Eropa akan dibuka segera, sementara fans internasional menunggu kabar live streaming atau rekaman resmi agar tak ketinggalan momen.
Bagaimana Format Pertunjukannya?
Dari penjelasan Sharon, siang hari akan diisi oleh penampilan band-band pembuka. Tom Morello akan mengoordinasi supergroup yang berisi Billy Corgan, Slash, Fred Durst, Wolfgang Van Halen, Jonathan Davis, dan David Ellefson. Mereka bakal menafsirkan lagu-lagu Sabbath dan Ozzy, kadang berganti formasi di tiap lagu. Hal ini menjanjikan kolaborasi unik, misalnya Billy Corgan dan Jonathan Davis menyanyikan “Sabbath Bloody Sabbath,” atau Slash dan Durst meng-cover “Crazy Train.” Di malam harinya, Ozzy tampil solo untuk beberapa lagu—bisa jadi “Bark at the Moon” atau “Mama, I’m Coming Home.” Baru setelah itu, Bill Ward, Tony Iommi, Geezer Butler, dan Ozzy bergabung sebagai Sabbath, menuntaskan malam yang epik.
Ozzy sempat menyatakan di radio Sirius XM, “Saya tak berencana set penuh bersama Sabbath, tapi saya akan gabung di beberapa lagu. Saya melakukan yang saya mampu.” Penonton pun maklum, mengingat kondisi fisiknya. Bagi sebagian penggemar, melihat empat pendiri berdiri di satu panggung meski hanya beberapa lagu sudah lebih dari cukup. Mereka menilai momen ini sebagai “final closure” atas kiprah band yang menginspirasi generasi rock.
Apakah Ini Akhir Beneran?
Musisi legendaris kerap mengumumkan pensiun namun kembali tampil di masa mendatang. Namun, mengingat kesehatan Ozzy dan usia para anggota, banyak pihak meyakini “Back To The Beginning” benar-benar titik akhir. Tony Iommi menyatakan di wawancara, “Saya tak melihat kami akan melakukan tur lagi. Ini cuma satu hari spesial untuk menuntaskan bab yang belum rampung.” Bill Ward pun tak menampik bahwa stamina tak lagi seperti dulu. Sedangkan Geezer Butler menegaskan ia lebih suka “membiarkan warisan Sabbath tetap utuh” tanpa memaksakan proyek baru.
Bagi fans, inilah saatnya menutup lembaran bersama sang pelopor. Sebuah survei di forum metal Eropa menunjukkan 90% responden yakin ini betul-betul akhir karier panggung Ozzy, melihat kondisi fisiknya. Sebagian menaruh harapan kecil agar Sabbath “mungkin” merilis rekaman studio terakhir, tapi band secara kolektif membantah. Mungkin, kata mereka, lagu-lagu kolaborasi di acara ini akan direkam sebagai live album, tapi belum ada konfirmasi resmi.
Konser Metal Satu Hari yang Tak Tergantikan
Dengan formasi orisinal Black Sabbath, final show Ozzy Osbourne, dan daftar bintang tamu yang mengesankan, “Back To The Beginning” tampak dirancang sebagai peristiwa metal paling dahsyat dalam dekade ini. Konser di Villa Park pada 5 Juli 2025 merangkum cerita panjang band yang membangun genre heavy metal, sekaligus mengakhiri perjalanan panggung sang vokalis legendaris. Penonton akan menyaksikan kolaborasi lintas generasi, mulai era 1970-an hingga band modern, menegaskan pengaruh Sabbath yang lintas zaman. Bagi Anda yang tumbuh dengan lagu-lagu seperti “Paranoid” atau “War Pigs,” ini kesempatan menutup bab kisah musik keras. Bagi generasi baru, ini “pelajaran sejarah” tentang akar metal. Dan bagi Ozzy, inilah “full stop” yang ia cari setelah bertahun-tahun tak pernah benar-benar menutup pintu.***
Tertarik mengetahui lebih banyak detail soal penjualan tiket, potensi kolaborasi mengejutkan di panggung, dan bagaimana kisah empat pendiri Black Sabbath sebelum mereka menutup karier? Baca terus artikel-artikel mendalam lainnya di Metavora. Kami menghadirkan analisis eksklusif, ulasan album klasik, dan wawancara dengan pakar musik rock yang siap memperkaya pengalaman Anda sebelum menyambut konser legendaris ini.