Malam ini Ramadan Taqobbalallahu Minna Waminkum
  • 10 Mar 2025

Setan menjadi musuh manusia sejak zaman Nabi Adam AS. Al-Qur’an menegaskan bahwa Iblis bersumpah akan menyesatkan keturunan Adam dengan berbagai cara (QS. Al-A’raf: 16-17). Dalam ayat lain, Allah menyebut setan sebagai musuh yang nyata bagi manusia (QS. Fathir: 6)

Sementara di QS. Al-Hijr: 42 Allah menegaskan bahwa hamba-hamba-Nya yang ikhlas tak akan mampu digoda oleh setan. Realitas ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman setan, yang berusaha memutus hubungan hamba dengan Tuhannya melalui bisikan, godaan, dan tipu daya halus.

Di dalam hadits, Rasulullah SAW menyebut bahwa setan mengalir pada tubuh manusia sebagaimana darah (HR. Bukhari No. 3281, Muslim No. 2175). Pernyataan ini menegaskan bahwa setan bisa memengaruhi pikiran dan emosi manusia secara terus-menerus, meskipun wujudnya tak kasatmata. Para ulama klasik, seperti Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menafsirkan bahwa setan memanfaatkan kelemahan dan kelengahan manusia untuk membisikkan keinginan buruk, keraguan, hingga rasa malas dalam ibadah.

Ada banyak strategi setan yang dijelaskan ulama berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Salah satu cara paling umum adalah menebar was-was, di mana manusia terus dirundung keraguan—apakah wudhunya batal, apakah ibadahnya diterima, hingga hal-hal remeh yang bisa mengganggu kekhusyukan. Di sisi lain, setan juga menanamkan rasa malas dan menunda-nunda kebaikan, misalnya saat seseorang hendak shalat tepat waktu atau bersedekah. Setan membisikkan pikiran seperti “masih banyak waktu” atau “tunggu lebih kaya baru sedekah,” sehingga amal baik tertunda dan kadang terlupakan.

Dalam kehidupan modern, pentingnya melawan bisikan setan dengan memperkuat iman, menambah ilmu agama, dan berzikir sekaligus menjaga diri dengan rutinitas ibadah harian. Salah satu pegangan dasarnya adalah surat Al-Falaq dan An-Nas, yang dianjurkan dibaca untuk meminta perlindungan Allah dari kejahatan setan (HR. Tirmidzi). Dengan rutin membaca zikir dan doa ini, hati diharapkan tetap tenang dan sulit ditembus bisikan jahat.

Ulama juga menekankan pentingnya lingkungan yang baik. Jika seseorang dikelilingi oleh sahabat yang gemar maksiat, setan semakin mudah mengobarkan godaan. Namun, bila bergaul dengan orang-orang saleh yang saling mengingatkan, bisikan setan jadi lebih sulit mempengaruhi. Saran ini sejalan dengan sabda Nabi SAW yang menyebut bahwa seseorang akan mengikuti agama temannya (HR. Abu Dawud). Selain itu, menjauhi konten negatif di media sosial, memantau asupan informasi, dan memperkuat ikatan keluarga yang islami adalah kunci mencegah setan merusak hati.

Pada akhirnya, Islam memandang keberadaan setan sebagai ujian, bukan pembenaran untuk berbuat dosa. Setan memang terus-menerus berusaha menjauhkan manusia dari Tuhannya, tetapi manusia dibekali akal dan pedoman wahyu untuk melawan. Dengan memadukan pengetahuan agama, dukungan lingkungan saleh, serta doa-doa perlindungan, insya Allah setiap Muslim bisa mematahkan tipu daya setan dan terus berada di jalan kebenaran.

Setan digambarkan sebagai musuh manusia yang terus berusaha menjauhkan hamba dari Tuhan. Al-Qur’an menegaskan hal ini di banyak ayat, termasuk QS. Fathir: 6 yang menyebut setan sebagai musuh nyata. Meskipun tak kasatmata, pengaruhnya terasa dalam kehidupan sehari-hari: setan menanamkan godaan, was-was, dan dorongan negatif yang bisa membuat manusia lalai. Menurut Islam, kehadiran setan bukan sekadar menakut-nakuti, melainkan ujian. Allah mengizinkan keberadaan setan agar manusia punya pilihan—taat atau tergoda. Dengan memahami tipudaya setan, kita bisa lebih waspada dan meneguhkan iman.

Al-Qur’an menegaskan asal-usul permusuhan setan dalam QS. Al-A’raf: 16-17, ketika Iblis bersumpah menyesatkan keturunan Adam. Di QS. Al-Hijr: 42, Allah menegaskan bahwa setan tak berkuasa atas hamba-hamba yang ikhlas. Dalam hadits, Rasulullah SAW menyebut setan mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana aliran darah (HR. Bukhari No. 3281, Muslim No. 2175). Para ulama, termasuk Ibnu Katsir, menafsirkan bahwa setan memanfaatkan kelemahan manusia melalui bisikan halus, keraguan, dan hawa nafsu. Fatwa dan nasihat ulama kontemporer, seperti dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), menekankan perlunya penguatan iman dan zikir agar kita terhindar dari tipu daya setan.

Strategi Setan: Menanamkan Keraguan dan Menunda Kebaikan
Setan kerap membisikkan rasa malas saat seseorang ingin beribadah, seolah berkata “Nanti saja, masih banyak waktu.” Ini menimbulkan penundaan yang lama-lama jadi kebiasaan buruk. Ada pula godaan yang membuat seseorang meremehkan amal kecil, seperti zikir dan sedekah, padahal amal itulah yang mendekatkan kita pada Allah. Tidak sedikit yang terjebak kesombongan spiritual—merasa lebih suci setelah beramal—yang justru menghapus pahala. Dengan memahami hal ini, kita lebih siap melawan bisikan negatif. QS. An-Nas menegaskan perlunya meminta perlindungan kepada Allah dari “setan yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia.”

Di era digital, setan memanfaatkan media sosial dan kemudahan akses informasi negatif. Orang bisa terpapar konten merusak moral, merasa iri pada kesuksesan palsu di dunia maya, atau menumpuk rasa malas beribadah. Budaya hedonisme dan kebebasan tanpa batas semakin mempermudah setan menjerumuskan manusia pada perilaku konsumtif dan amoral. Para ulama menegaskan pentingnya mengontrol diri—membatasi konten yang dikonsumsi, menjaga pergaulan, dan meningkatkan literasi agama—agar setan tidak leluasa menebar godaan.

Dalam hadits sahih, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika datang bulan Ramadan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu” (HR. Bukhari No. 1899, Muslim No. 1079). Banyak ulama menafsirkan “dibelenggu” di sini sebagai pengekangan atas pengaruh setan, sehingga umat Muslim lebih mudah beribadah tanpa gangguan besar. Namun, bukan berarti setan benar-benar lenyap. Manusia masih bisa berbuat salah karena faktor hawa nafsu atau kebiasaan buruk. Konteks ini menekankan bahwa Ramadan adalah bulan penuh rahmat, di mana suasana spiritual memuncak, dan godaan setan relatif berkurang. Sebagian ulama menilai bahwa pengekangan setan bersifat lebih “metaforis,” artinya atmosfer Ramadan yang dipenuhi ibadah dan amal saleh membuat setan kesulitan menyesatkan. Apa pun tafsirnya, hadits ini memotivasi umat agar memaksimalkan Ramadan untuk mendekat pada Allah, karena benteng pertahanan diri lebih kuat.

Tips Mencegah Godaan Setan dan Menjaga Keimanan
Islam menawarkan beragam cara menangkal setan, mulai dari zikir, doa, hingga menjaga rutinitas ibadah. Surah Al-Falaq dan An-Nas sangat dianjurkan dibaca untuk meminta perlindungan dari kejahatan setan. Shalat tepat waktu dan konsisten menjadi fondasi utama. Selain itu, menambah pengetahuan agama, berkumpul dengan teman saleh, dan mengisi waktu dengan aktivitas positif juga membantu. Dalam era digital, mengatur waktu penggunaan gawai, menghindari konten negatif, dan memanfaatkan platform untuk dakwah akan mempersempit celah setan.

Mewaspadai Tipu Daya dan Meneguhkan Niat
Setan memang ditakdirkan menjadi penggoda abadi, namun Allah membekali manusia dengan akal dan petunjuk syariat. Meski setan berusaha menjauhkan kita dari Tuhan, keputusan akhir tetap di tangan kita. Rasulullah SAW menegaskan bahwa hamba yang terus mengingat Allah akan dilindungi dari pengaruh setan. Bulan Ramadan menjadi bukti nyata: ketika setan dibelenggu, umat Islam didorong meningkatkan amal ibadah, menegaskan bahwa sejatinya kitalah yang memegang kendali diri. Dengan memahami dasar hukum Al-Qur’an, hadits, dan fatwa ulama, kita dapat memperkuat keimanan dan menolak bujukan setan, baik di bulan Ramadan maupun sepanjang tahun.***

Ingin membaca lebih banyak topik seputar keimanan, panduan ibadah, dan tips menguatkan spiritualitas di zaman modern? Kunjungi Metavora. Di sana, Anda akan menemukan artikel-artikel inspiratif, wawancara ulama, serta panduan Islami yang praktis untuk menghadapi tantangan hidup masa kini.

Referensi

  1. Al-Qur’an QS. Fathir: 6, QS. Al-Hijr: 42, QS. An-Nas, QS. Al-Falaq
  2. Hadits “Ketika Ramadan tiba, pintu surga dibuka…”: HR. Bukhari No. 1899, Muslim No. 1079
  3. Hadits tentang setan mengalir dalam tubuh manusia: HR. Bukhari No. 3281, Muslim No. 2175
  4. Tafsir Ibnu Katsir mengenai kisah Iblis dan strategi setan
  5. Nasihat MUI seputar penguatan iman dan perlindungan dari godaan setan

Ummu Shalamah

Books reader